Saya terus terang, justru semakin ingin mengenal sosok Mahatma Gandhi setelah menonton film Lage Raho Munna Bhai, yang tokoh utamanya dipaksa menerapkan nilai-nilai yang diajarkan Gandhi dalam kehidupannya. Padahal dia sendiri sejatinya adalah seorang preman kambuhan yang sedang jatuh cinta dengan seorang penyiar radio. Ohiya, sutradara dan produser film itu adalah orang yang sama dibalik suksesnya film 3 idiot.
Baiklah cukup tentang filmnya ya.
Sekarang kembali pada sosok Gandhi, yang sederhana dan super pemaaf, bagaimana tidak, bahkan pada orang yang menembaknya pun dia memberikan maafnya sebelum akhirnya tewas. Lelaki luhur yang mengajarkan arti cinta dengan cara sederhana.
Ajaran Bapu, panggilan lain dari Gandhi, adalah manisfestasi dari butir dasa dharma pramuka: suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan, dalam arti yang sesungguhnya. Gandhi tak hanya berteori dan berbicara tapi juga melakukan apa yang dia ajarkan di kehidupan sehari-harinya.
Sedikit banyak, pandangannya membuka mata & pikiran saya akan arti kebenaran. Inti ajaran Gandhi ada pada dua hal: yaitu satyagraha dan ahimsa.
Inti dari satyagraha adalah resolusi konflik, pencapaian kebenaran & kedamaian melalui jalan ahimsa, yaitu cara nonviolence, tanpa kekerasan. Mungkin jika di filsafat ilmu, satyagraha adalah sebuah ontologi dan ahimsa sendiri merupakan epistimologinya.
Cara menyelesaikan konflik tanpa kekerasan itu, seperti hal yang terlihat sederhana tapi terus terang akan sulit dilakukan jika tak mengerti makna sebenarnya. Nyatanya value dari Gandhi berhasil membuat India merdeka, membuat orang-orang menyerap makna ajarannya tanpa merasa terpaksa, tapi lebih karena merasa bagian dari ajaran itu sendiri.
Haduh mumet sekali ternyata menjelaskannya. Mungkin suatu saat silakan dibaca sendiri di buku Gandhi the Man karya Eknath Easwaran, saya sih baca terjemahannya yang terbitan Bentang. Ini salah satu buku biografi terbaik yang pernah saya baca.
Setelah saya menamatkan membaca buku itu, saya baru sadar bahwa beberapa waktu terakhir ini, sebenarnya saya sudah menemukan nilai-nilai Gandhi pada beberapa orang yang saya kenal. Orang-orang yang menghindari kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Orang-orang yang lebih memperhatikan sisi yang baik dari daripada memikirkan sisi buruknya. Orang-orang yang berpikiran bahwa manusia itu pada dasarnya adalah sama dan setara. Orang-orang yang berpikir dengan rasa cinta dibandingkan rasa murka. Orang-orang yang punya konsep bahwa jauh lebih penting memperbaiki diri sendiri sebelum punya niat memperbaiki orang lain. Orang-orang yang berasumsi bahwa kedamaian dan kenyamanan bukanlah monopoli satu pihak saja. Orang-orang yang lebih memikirkan kewajiban daripada haknya.
dari Gandhi saya belajar, bahwa kebenaran itu ada, dan harus diperjuangkan, tanpa harus melalui kekerasan. Sedikit lebih dramatis, justru dari Gandhi saya lambatlaun makin ngerti akan hakikat cinta.
Demikianlah.
Baiklah cukup tentang filmnya ya.
Sekarang kembali pada sosok Gandhi, yang sederhana dan super pemaaf, bagaimana tidak, bahkan pada orang yang menembaknya pun dia memberikan maafnya sebelum akhirnya tewas. Lelaki luhur yang mengajarkan arti cinta dengan cara sederhana.
Ajaran Bapu, panggilan lain dari Gandhi, adalah manisfestasi dari butir dasa dharma pramuka: suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan, dalam arti yang sesungguhnya. Gandhi tak hanya berteori dan berbicara tapi juga melakukan apa yang dia ajarkan di kehidupan sehari-harinya.
Sedikit banyak, pandangannya membuka mata & pikiran saya akan arti kebenaran. Inti ajaran Gandhi ada pada dua hal: yaitu satyagraha dan ahimsa.
Inti dari satyagraha adalah resolusi konflik, pencapaian kebenaran & kedamaian melalui jalan ahimsa, yaitu cara nonviolence, tanpa kekerasan. Mungkin jika di filsafat ilmu, satyagraha adalah sebuah ontologi dan ahimsa sendiri merupakan epistimologinya.
Cara menyelesaikan konflik tanpa kekerasan itu, seperti hal yang terlihat sederhana tapi terus terang akan sulit dilakukan jika tak mengerti makna sebenarnya. Nyatanya value dari Gandhi berhasil membuat India merdeka, membuat orang-orang menyerap makna ajarannya tanpa merasa terpaksa, tapi lebih karena merasa bagian dari ajaran itu sendiri.
Haduh mumet sekali ternyata menjelaskannya. Mungkin suatu saat silakan dibaca sendiri di buku Gandhi the Man karya Eknath Easwaran, saya sih baca terjemahannya yang terbitan Bentang. Ini salah satu buku biografi terbaik yang pernah saya baca.
Setelah saya menamatkan membaca buku itu, saya baru sadar bahwa beberapa waktu terakhir ini, sebenarnya saya sudah menemukan nilai-nilai Gandhi pada beberapa orang yang saya kenal. Orang-orang yang menghindari kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Orang-orang yang lebih memperhatikan sisi yang baik dari daripada memikirkan sisi buruknya. Orang-orang yang berpikiran bahwa manusia itu pada dasarnya adalah sama dan setara. Orang-orang yang berpikir dengan rasa cinta dibandingkan rasa murka. Orang-orang yang punya konsep bahwa jauh lebih penting memperbaiki diri sendiri sebelum punya niat memperbaiki orang lain. Orang-orang yang berasumsi bahwa kedamaian dan kenyamanan bukanlah monopoli satu pihak saja. Orang-orang yang lebih memikirkan kewajiban daripada haknya.
dari Gandhi saya belajar, bahwa kebenaran itu ada, dan harus diperjuangkan, tanpa harus melalui kekerasan. Sedikit lebih dramatis, justru dari Gandhi saya lambatlaun makin ngerti akan hakikat cinta.
Demikianlah.
Bapu ini bukannya bahasa Hindi untuk ""Bapak" alias "Father" ya? .__.
BalasHapusbetul, dan itu panggilan untuk beliau
Hapusseandainya apa yang dipelajari gandhi diajari ngga cuma sepintas lewat di pelajaran sejarah jaman sekolah, mungkin..... ngga akan gini-gini amatlah.... #meracau
BalasHapusIya betul, nilai-nilai Gandhi bagus utk diajarkan lebih lanjut padahal
Hapus