Langsung ke konten utama

tentang Values

Salah satu bagian penting dari tugas akhir yang saya kerjakan adalah mengenai value, iya, sebenarnya intinya ada di kata itu.

Dan dari salah satu literatur yang saya baca, buku yang berjudul Interpersonal Skills in Organizations yang disusun oleh Suzanne de Janasz, Beth Schneider, dan Karen Dowd, ada bagian yang jelas sekali tentang values ini:



Itu merupakan bagian yang disebut mereka sebagai clarifying values, menentukan dengan jelas apa sebenarnya ingin dicapai dalam hidup ini.  Beruntunglah siapapun yang sudah bisa mempelajari dirinya sendiri sejak lama, dan bisa menentukan tujuan hidupnya dengan jelas, lebih-lebih yang tahu apa sebenarnya nilai dari dirinya sendiri.

Hal ini, yang sepertinya saya abaikan sejak dulu, hidup saya benar-benar mengikuti falsafah lagu Bengawan Solo yang dijadikan theme song iklan paralon :... air mengalir sampai jauh, akhirnya ke laut..


Saya menganggap hidup teruslah dijalani, mengikuti takdir yang sudah digariskan, dan terus menganggap apa yang terjadi dalam hidup saya tak lebih karena keberuntungan-keberuntungan yang memang sudah digariskan ..

Walaupun, samar-samar saya mungkin bisa melihat values hidup saya selama ini yang ternyata .. ya saya belum pernah benar-benar mikir tentang hal itu sebelumnya.  Sampai mungkin minggu-minggu terakhir ini, kembali memaksa saya untuk lebih berpikir lebih baik lagi, agak bisa berbuat lebih baik lagi buat orang lain..

Lebih-lebih,di halaman berikutnya , masih ada sepotong kalimat yang merupakan kelanjutan potongan definisi clarifying values di atas, yaitu :


..for achieving your goals

Nah, kembali ke saya, yang hidupnya selama ini konyol sekali, cuma bermodal keyakinan, kenekatan dan keberuntungan itu, sepertinya mengabaikan hal itu juga.  Walaupun, sebenarnya tujuan hidup saya itu sederhana sekali : bisa bikin orang lain seneng dan berusaha tak merugikan orang lain dalam bentuk apapun..

Tapi, bagaimana tujuan sederhana itu bisa dicapai, kalau soal values aja asal-asalan.  Lebih lanjut, Janasz et al, menguraikan bahwa ada dua tipe values terkait dengan keyakinan seseorang (individual's belief system), yaitu instrumental values yang menjelaskan tentang apa ya, semacam perasaan yang ingin dicapai dalam proses pencapaian tujuan, seperti keberanian, kejujuran dan hal-hal baik lainnya selama proses pencapaian tujuan akhir.

Kemudian satunya lagi adalah terminal values .  bagian terakhir dari tujuan hidup, ya kebebasan, kekayaan dan semacamnya.

Belum cukup definisi values itu masih ada klasifikasi lainnya, yaitu.. nah ini dua kalimat favorit saya : tangible dan intangible values.  Hal-hal yang bisa terukur dengan dengan jelas dengan standar tertentu dan yang tidak bisa terukur dan memiliki standar yang berbeda-beda bagi tiap orang, misalnya cinta #halagh

Mungkin, saya pikir saya harus dibikin sadar akan hal ini, dengan cara seperti sekarang ini.  Biar deh sesekali buka aib disini.  

Dari beberapa kali proses saya menjalani pendidikan, selepas SLTA, saya pikir mungkin hanya sewaktu saya ngambil magister saya bisa dengan jelas menentukan apa tujuan kuliah saya: kuliah tepat waktu sesuai jatah waktu beasiswa saya.  Dan, toh itu bisa tercapai dengan lumayan baik.

Kembali ke masa sebelumnya, saya menghabiskan waktu tigabelas semester untuk lulus sarjana, pencapaian yang luar biasa bukan? Walau saya sama sekali tak menyesalinya, karena syukurnya waktu itu biaya kuliah masih logis dan saya banyak mendapatkan hal-hal luar biasa selama waktu kuliah yang tak kalah luarbiasa (dan memalukan itu).  Terkadang hal ini saya jadikan senjata untuk memberikan semangat pada kenalan atau kawan yang merasa stuck dengan pendidikannya, saya biasanya bilang kalau hidup mereka (yang beberapa ngeluh kuliah kelamaan lima tahun dan IPK cuma tiga lebih dikit, pengen saya sentil di hidung deh rasanya hahaha) masih masih bisa diperjuangkan.

Dulu, tujuan saya sederhana, pokoknya lulus dengan IPK di atas 2,5, coba itu, bikin standar aja sampai putus asa gitu.  Tapi alhamdulillah target saya toh tercapai, kan 😀

Kemudian sekarang, secara sengaja, sedari awal sebenarnya saya sudah menetapkan standar yang salah akan tujuan sekolah saya sekarang ini.  Konyolnya, baru menyadari dengan sesadar-sadarnya hal tersebut di saat-saat skarang yang menurut  Linkin' Park : closer to the end.. 

Values, goals, saya pikir juga, selain sesuatu yang ingin dicapai dengan usaha, juga merupakan do'a-do'a yang cepat atau lambat akan dikabulkan oleh yang maha kuasa.  Toh, doa menurut saya tak hanya berupa ucapan permohonan tapi juga perbuatan.


Tapi, sekali lagi, sungguh saya tak menyesali perjalanan belajar yang sudah sampai sejauh ini, walaupun mungkin di mata orang lain, tambahan waktu kuliah selama tujuh tahun itu sungguh nganu sekali. 

Ya manusia di dunia ini kan beda-beda, ada yang mungkin pintar dan sangat pintar sekalian, yang sejak lama bisa menentukan nilai dan tujuan sehingga hidupnya bisa sangat terpola dengan keren.  Beda dengan saya yang begitu bodohnya sehingga harus belajar bertahun-tahun, literally, sehingga baru bisa ngerti esensi hidup.

Saat ini, satu hal yang saya pelajari, belajar memang tak kenal batasan, dan tak mengenal satu pola baku, tiap orang punya polanya masing-masing.

Bagi yang iseng membaca tulisan saya ini sedari awal sampai akhir, saya cuma titip pesan, jangan pernah takut untuk mengambil keputusan akan jalan mana yang akan ditempuh saat sudah menentukan tujuan.  Dan kalaupun merasa jalan hidup kalian penuh sandungan saat belajar, silakan hidup saya dijadikan pelajaran, bahwa perjalanan hidup saya dalam belajar dan mencari nilai bukanlah contoh yang tidak begitu baik untuk diikuti.

Tak ada yang sia-sia dalam proses belajar, tentang apapun, dan bagaimanapun, pasti ada nilai-nilai yang tanpa disadari bakal didapatkan dalam perjalanan, dan beberapa mungkin akan memperkaya pengalaman dan menambah pencerahan akan tujuan akhir hidup.

Akhirul kalam, sedikit quote yang menurut saya keren, karena barusan tadi pagi saya bikin di tumblr, dan saya pikir tumben-tumbenan keren kalimatnya hihihi



Begitulah, selamat menjalani hidup, selamat belajar tanpa mengenal batas, dan selamat menentukan values dan goals dalam hidup kalian.  Smoga smuanya sukses ya.

Komentar

  1. Waaaah... Si Om bikin tulisan panjang lebar dan berstruktur begini. Waaaah... Jarang-jarang. Waaaah... Keren! *tepuk tangan*

    Oke, on serious note, terkadang kita baru belajar (atau dipaksa untuk belajar) ketika kita sudah dalam keadaan terdesak. Demikianlah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1. terimakasih, tapi bagian jarang2nya itu.. yabegitulah :))
      2. errr sepertinya saya memang biasa didesak baru mau belajar, mudah2an ntar ga perlu didesak2 lg deh haha

      Hapus
  2. Saya kedistrak sama iklan paralon. Tapi tulisannya syahdu banget. Terlebih saya bacanya pas gerimis. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. maafkan saya soal paralon itu XD
      dan tulisan saya ini syahdu? waduh saya ga tau musti komen apa, tapi makasih eniwei

      Hapus
  3. Jadi, menurut teori perkembangan (kuras otak mengingat teori) semua tahapan perkembangan itu memiliki prosesnya masing-masing di tiap individu, ketika proses itu tidak selesai sedangkan si individu harus berpindah ke tahapan yang selanjutnya, ada ahli yang bilang dia akan mengalami 'stuck', ada ahli yang bilang individu itu tetep bisa muv on tapi ada sedikit represi dan represi ini adalah proses tidak selesai yang bisa muncul tiba-tiba dan mengganggu tahapan yang sedang dijalani.ada ahli yang bilang, kalau satu tahapan nggak selesai semua, asal secara akal dan nalar bisa nerima, seumur hidup akan baik-baik saja.
    nnnnaaaaaahhhhhhhh......
    yang namanya belajar itu kan seharusnya menjadi proses seumur hidup ya, membentuk pengalaman dan perilaku, sehingganya membentuk motif dan mengisi intelejensi dan karakter. nggak tahu, trus belajar trus salah, yang salah lalu belajar dan memperbaiki. salah lagi, ya belajar lagi. sampai kita puas atau menemukan/sampai di values/goals yang kita ciptakan.

    betul?betul?betul?

    Terus saya bingung, saya ini ngomong apa sih? *lieur abis rapat*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebagai lulusan psikologi aku merasa gagal... :(

      Hapus
    2. nah ini ini ini, pake teori perkembangan segala, saya manut aja sama elaborasinya di atas, wong saya ga ngerti itu teori euy.

      pokoknya saya jawab dengan singkat: betul!
      hihi

      Hapus
  4. Mbak kimkim itu ada bagian (kuras otak inget2 teori) yang mana juga mbuat saya merasa gagal jd lulusan ilmu yang sama, ngga inget2 BLAS itu teori2nya siapa aja....

    Cuma ocehan orang pening om,semoga ngga menyesatkan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. mana bisa menyesatkan, wong saya sudah sesat duluan #lah :))

      Hapus
  5. udah 2 mingguan saya lagi punya banyak pertanyaan soal pilihan, trus sore ini nemu postingan ini.

    haduh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah maaf baru baca komen mas Billy,, smoga bisa membuat sedikit tercerahkan ya bro

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Toko & Bengkel Sepeda di Jogja

Sejak 'mengenal' sepeda, beberapa kawan yang sangat mengerti anatomi, morfologi dan histologi sepeda, saya pun memberanikan diri memberi rekomendasi beberapa toko dan bengkel sepeda di Jogja yang harus disambangi dikala sepeda memerlukan perawatan dan penggantian suku cadang. Rekomendasi tempat-tempat ini berdasarkan pertimbangan: harga, kelengkapan ketersediaan suku cadang, hasil seting sepeda dan pengalaman empunya bengkel.  Juga pengalaman beberapa kawan saat membeli spare part ataupun memperbaiki sepedanya.  Rata-rata setiap toko atau tempat yang menyediakan sepeda dan suku cadangnya juga menyediakan tempat dan tenaga untuk seting dan reparasi, tapi tak semua hasilnya bagus.   Bengkel sepeda Rofi (Rahul Bike) ,  pemiliknya adalah teman saya di komunitas sepeda Federal , tapi menurut sejarah awalnya justru beliau akrab dengan sepeda-sepeda keluaran baru.  Hasil seting sepeda mas Rofi ini sudah sangat dapat dipertanggungjawabkan, hal ini bisa dilihat dari jej

ada apa hari ini

 rencananya adalah: hunting komik lagi di lapak depan jalan nyuci sepeda bikin materi untuk ngajar besok, artinya kudu baca ulang lagi materinya belajar swot, skoringnya masih belum ngerti, hedeh.. mudahan mahasiswaku ga baca blog ini haha sepedaan bentar sore-sore.. dan sepagi ini, saya kembali, iya kembalai, men- deactive akun-akun sosmed saya, dan lagi-lagi, saya tak tahu sampai kapan itu berlangsung, toh siapa juga yang nyari saya kan haha kecuali blog ini, tampaknya tetap dipertahankan aktif untuk menumpahkan kisah-kisah tak jelas sepanjang waktunya.. tadinya kepikiran untuk menghapus akun whatsapp  untuk sementara waktu, tapi tak bisa karena ada terkait kerjaan di kantor, walau akhir-akhir ini tak begitu ada kerjaan juga, jadi ya mungkin ditengok sesekali saja. itu saja dulu, eh apa saya perlu.. hedeuh apa tadi lupa

..mencoba instal Lubuntu di Lenovo S206

..leptop honey, istri saya itu kondisinya sekarang lumayan amburadul, wifi susah konek, batterynya error - ya kalo ini sih salah saya gara-gara pernah nge-charge kelamaan-,  dan terakhir suka mati-mati sendiri sehabis diinstal ulang sama windows 7 (bajakan). Saya putuskan untuk instal linux saja, kali ini saya instalin Lubuntu, turunan ubuntu dengan pertimbangan spec leptop yang lumayan pas-pasan: RAM cuma 2 Gb dan prosesor yang cuma dual core 1,4 Gb.  Sebenarnya saya pengen nginstalin debian lagi, tapi selain lupa caranya, saya juga pengen nyoba OS yang lain, setelah saya timbang-timbang yang file ISO-nya lumayan kecil ya cuma Lubuntu, cuma sekitar 900-an Mb.  Itu juga lumayan lama downloadnya, cuma ngandelin hotspot dari hape. Setelah dapet iso-nya, bikin bootable di flashdisk pake unetbootin , lalu mencoba instal, berhubung saya termasuk user abal-abal yang taunya instal dan klik sana sini, jadi belum berani instal seluruhnya, takut data yang ada di hardisk keformat seperti