Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

tentang buku-buku yang menempati rak khusus

..ada beberapa buku yang menempati rak khusus di rumah saya. Buku yang nyaris tak bakal saya pinjamkan ke siapa-siapa. Hanya buku-buku khusus saja yang bisa menempatinya, yaitu buku pemberian kawan, beberapa karya kawan, buku-buku yang bagi saya adalah harta karun, dan tentu saja buku-buku karya bubin LantanG. Sejauh ini penghuninya baru beberapa, salah banyaknya dua serial Sepeda Merah karya Kim Dong Hwa, buku karya mas Nuran, mb Latree, buku pemberian mas Jajang, pemberian pakacil, tetralogi Anak-anak Mama Alin & Bila tentu saja.. Mungkin suatu saat isinya bakal bertambah, walau jelas progresnya lambat..

tentang hal-hal yang patut dipikirkan sebelum memutuskan kuliah (lagi)

..anggap saja ini refleksi hasil nekat sekolah bertahun-tahun tanpa kapok, dan akhirnya kapok juga, sih. anggap saja saya menuliskannya agar kalian atau siapapun yang ingin kuliah lagi, tak terjebak pusaran waktu, halagh bahasa saya, intinya jangan lama-lama sekolahnya, tapi kalau ingin lama-lama juga nggak masalah sih, tapi sungguh lebih cepat memang lebih baik, lah kuliah itu perlu biaya yang lumayan, kecuali anda termasuk punya simpanan harta yang unlimited,  ya monggo.. tapi sekali lagi, ini cuma sekedar berbagi sahaja, tak lebih.. terlepas masalah birokratis seperti sumber dana, syarat toefl, rekomendasi dll, secara garis besar yang patut dipikirkan adalah.. 1.  lokasi universitas serta jurusan yang dipilih ..lokasi ini penting terkait urusan logistik, masalah LDR dan tentu suasana sekitar kampus.  Terlalu ga asik ya kurang bagus juga, terlalu nyaman ya bahaya juga bagi yang ga biasa memisahkan antara urusan senang-senang dan serius.. kalau jurusan ini terkait dengan j

tentang komentar-komentar di postingan terakhir dan hal-hal lainnya

entah bagaimana itu, postingan sepuluh hari yang lalu tentang kucing, akhirnya ada komentarnya, walau bingung sedikit, karena ada dua komentator yang tidak saya kenal, entah dapat dimana mereka blog saya ini.. di sisi lain, barusan saya iseng lagi, men- deactive akun-akun sosmed saya, ya mbuh isengnya sampai kapan, kemarin toh juga sempet deaktif lalu hidup lagi setelah sepuluh hari, mungkin lagi malas saja rasanya melihat feed , mengamati timeline , mencermati apdetan foto, membaca debat-debat, sebaran-sebaran cerita soal macam-macam dan lain-lain yang entahlah banyak saya tak mengerti. sayup-sayup ada yg ngomong di udara: ..sa'karepmu lah mz, siapa juga yg peduli :v perkembangan lainnya, kemarin akhirnya tiba balasan dari tim mojok tentang draft tulisan saya, dan jelas sahaja ditolak, wong isinya dangkal tenan, akhirnya saya edit dikit dan coba kirim ke birokreasi, walupun sambil mikir, kenapa malah memforward tulisan kurang faedah itu. apalagi ya, saya akhirnya menunt

tentang kucing balita berlumur minyak

saya lupa persisnya, sudah berapa hari sejak saya menemukannya, di dasar selokan yang dalamnya kira-kira setengah meter, mengeong ribut, pagi-pagi sekali di dekat bak sampah depan komplek. saat itu tampaknya dalam keadaan stres dan linglung, mungkin bingung nyari emaknya (yakali).. yang jelas badannya basah dan terasa lengket saat dipegang.. saya putuskan saja untuk memungutnya, membawanya ke rumah, walaupun bikin bingung.  Dikasih susu ngga doyan, dikasih makan bingung sukanya apa, kadang malah bingung sendiri dengan makanan yang disodorkan ke dekat mulutnya, semacam disorientasi (sok tau).. saya biarkan seharian dalam kardus yang dikasih kain bekas, tapi kok badannya tetap basah dan lengket, saya endus-endus saja, ternyata bau minyak, semacam minyak goreng, entah kena tumpahan dimana.. akhirnya saya ambil sabun cuci piring, lalu memandikannya, meletakkannya lagi di gumpalan kain, yang mana dianya nggak betah juga disitu.. mbingungi, tapi yang menggembirakan bulunya sudah bisa

tentang Mojok.co

..saya masih belum begitu sreg dengan situs yang penuh tulisan-tulisan satir dan sarkas itu, kentara banyak penulisnya yang masih kakean teori dan keterbatasan referensi hidup (terkecuali rubrik otomojok ketoke ).. tapi toh saya cuma bisa ngedumel sendiri tanpa bisa memberi argumen balasan atau malah balas menghantam balik opini para anak muda yang tampaknya cuma bisa nyari sisi salah dari objek apa pun itu. di mata saya sih begitu. loh kok saya jadi ikutan sarkas dan satir mbuh lah, dan ujug-ujug saya malah barusan ngirim satu tulisan tak terstruktur dan tak berfaedah ke situs itu, dan saya yakin sekali tulisan saya bakal ditolak mentah-mentah, wes karepmu, jok!

tentang idealisme pesepeda

..ada seseorang yang tanpa jelas sebab akibatnya, tiba-tiba membuat kesimpulan bahwa " ..  sesungguhnya para pelaku sepedaan itu adalah orang-orang idealis yang sedang krisis kreativitas.." entah berapa lama pengamatan di atas dilakukan, dan seberapa luas range pengamatan, dan yang terpenting objek yang dimaksud pesepeda yang seperti apa.  karena ini bersifat subjektif, mari melakukan kesimpulan pengamatan secara relatif subjektif juga, yang kira-kira saya lakukan sekitar empat tahunan, sejak tidak kenal apa dan bagaimana sepeda itu, selain alat transportasi yang relatif murah sebagai alternatif untuk digunakan pulang pergi dari kontrakan ke kampus, waktu itu. sampai akhirnya, saya lumayan mengerti dan kenal dengan beberapa pesepeda dari berbagai kalangan dan berbagai tempat serta berbagai keperluan baiklah, ada tiga kunci di pernyataan itu: 1. pelaku sepedaan, atau disingkat saja pesepeda, 2. orang-orang idealis, 3. krisis kreativitas baiklah, mari sejenak sa

tentang jaket dan alasan-alasan lainnya

Ruangan kerja saya saat ini lumayan sempit, mungkin sekitar empat kali enam meter, isinya adalah empat meja beserta kursi, filling kabinet, dua rak lumayan kecil, dispenser, beserta empat orang pekerja. Tapi bukan luasnya ruangan masalah utama bagi saya. Beberapa kali, rupanya ada rekan kerja yang memperhatikan kebiasaan saya memakai jaket di sekitar lingkungan kantor, dan sepertinya dia  belum menemukan alasan kenapa saya suka begitu.  Sampai tadi siang. Rekan saya itu duduk, di samping kiri saya, tepat berhadap-hadapan dengan penyejuk udara, atau lebih tepatnya pendingin udara.  Dia rupanya melihat angka dua puluh dua derajat celcius yang tertera di display. Kemudian bertanya kenapa suhunya tidak dinaikkan, dan mulai melihat hubungan antara kegemaran saya pakai jaket dengan dinginnya ruangan yang tak seberapa luas itu. Jawabannya cukup sederhana, remote control pengatur suhunya memang sudah raib semenjak, bahkan sebelum saya turut menyesaki ruangan itu.  Saya